Sebab pertama adalah seorang hamba hendaknya menyucikan hatinya dari kedengkian dan iri terhadap orang lain, dan hanya mengisinya dengan pengesaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan dalam ash-Shahih:
“Tiga perkara, barang siapa yang mengamalkannya, maka akan merasakan manisnya iman:
(1) Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada apa pun selain keduanya.
(2) Mencintai orang lain hanya karena Allah semata.
(3) Benci untuk kembali kepada kekafiran, seperti kebenciannya jika ia dilempar ke neraka.” (HR. Bukhari)
Apabila seseorang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memusuhi karena Allah, dan membela karena Allah ‘Azza wa Jalla, maka itulah orang yang akan merasakan manisnya iman.
Ia tidak punya dendam, benci, iri, dan dengki dalam hatinya terhadap siapa pun dari kaum muslimin karena perbuatan mereka, ataupun akibat suatu kesalahan yang dia rasakan dari mereka.
Namun, ia justru memaafkan, mengampuni, dan melupakan kesalahan mereka. Demi mengharapkan ridha Allah ‘Azza wa Jalla. Hatinya bersih dari kebencian, hasad, dan kecintaan, kecuali yang didasari karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Perkara ini meskipun mudah diucapkan, tapi dalam penerapannya termasuk perkara yang sangat sulit.
Diriwayatkan dalam hadits Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam pernah duduk di masjid. Lalu Nabi bersabda: “Akan masuk ke tempat kalian dari pintu ini, seorang lelaki dari penghuni surga.”
Abdullah bin Amr bercerita: Lalu para Sahabat mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ternyata datang seorang lelaki biasa saja yang masuk masjid dengan mengepit sandalnya di ketiaknya.
Lalu ia menuju salah satu tiang masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam.
Kemudian ia mendirikan shalat dua rakaat di sana. Setelah itu, ia menuju majelis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, duduk dengan tenang.
Pada hari kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bersabda kepada para Sahabat, seperti pada hari pertama:
“Akan masuk ke tempat kalian dari pintu ini, seorang lelaki dari penghuni surga.”
Ternyata muncul orang yang sama, dengan keadaan yang sama, seperti sebelumnya. Ia masuk masjid sambil mengepit sandalnya di bawah ketiaknya. Lalu menuju salah satu tiang masjid dan mendirikan shalat dua rakaat. Kemudian ia mendatangi majelis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pada hari ketiga, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bersabda seperti pada hari pertama dan kedua, sehingga para Sahabat mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu masjid. Dan tidak ada yang masuk kecuali orang yang sama seperti sebelumnya.
Akhirnya Abdullah bin Amr mendatangi orang tersebut, lalu ia berkata: “Wahai pamanku, aku sedang berselisih dengan ayahku dan aku ingin menginap di rumah Anda pada malam ini.”
Maka Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki yang dijanjikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam akan masuk surga.
Abdullah bin Amr pun mengamati shalatnya, Shalat Malamnya, ibadahnya, dan semua kegiatannya. Namun, Abdullah bin Amr melihat amalannya biasa saja. Ia tidak mendirikan Shalat Malam yang panjang seperti yang dilakukan Sahabat yang lain. Ia tidak juga banyak berpuasa pada siang hari seperti yang dilakukan Sahabat yang lain.
Setelah itu, Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata kepada lelaki itu:
“Wahai paman, sebenarnya antara aku dan ayahku tidak ada perselisihan. Hanya saja, aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda selama tiga hari berturut-turut:
‘Akan masuk kepada kalian dari pintu ini seorang lelaki dari penghuni surga.’ Lalu tidak ada yang masuk dan muncul dari pintu itu kecuali Anda.”
Lalu berkatalah Sahabat mulia yang dijamin oleh Nabi sebanyak tiga kali bahwa ia akan masuk surga:
“Sungguh amalanku seperti yang telah kamu lihat, bukan karena banyak sedekah, puasa, shalat, dan lainnya. Hanya saja, apabila aku hendak tidur pada malam hari, aku tidak menyisakan di hatiku kedengkian terhadap seorang pun dari kaum muslimin.”
Lalu Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma–seorang sahabat mulia yang dididik langsung di bawah naungan kenabian–berkata: “Itulah yang tidak kami mampu!”
Apabila seseorang menyucikan hatinya dari segala kedengkian, hasad, dan kebencian terhadap saudara-saudaranya dari kaum muslimin, maka hatinya akan menjadi jernih untuk Allah ‘Azza wa Jalla, sehingga jika ia melakukan ketaatan dan beribadah, ia akan merasakan ketentraman yang tidak dirasakan orang lain.
====
السَّبَبُ الْأَوَّلُ مِنْ هَذِهِ الْأُمُورِ أَنْ يُخْلِيَ الْعَبْدُ قَلْبَهُ مِنَ الْغِلِّ وَالْحَسَدِ لِأَحَدٍ مِنَ الْخَلَائِقِ وَيُفْرِدُهُ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
يَقُولُ نَبِيُّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ
وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
إِنَّ الْمَرْءَ إذَا أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَعَادَى لِلَّهِ وَوَالَى لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَذَاكَ الَّذِي يَجِدُ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ
لَا يَجِدُ فِي قَلْبِهِ غَضَاضَةً وَلَا كُرْهًا وَلَا حِقْدًا لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ بِسَبَبٍ فَعَلَهُ وَلَا لِمُنْقَصَفٍ أَدَّاهَا إِلَيْهِ
وَإِنَّمَا يُسَامِحُ وَيَعْفُو وَيَتَجَاوَزُ يَبْتَغِي مَا عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَلَا قَلْبُهُ مِنَ الْغِلِّ وَالْحَسَدِ وَالْمَحَبَّةِ إلَّا مَا كَانَ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
وَهَذَا الْأَمْرُ وَإِنْ كَانَ سَهْلًا فِي اللَّفْظِ فَإِنَّهُ فِي التَّطْبِيقِ مِنْ أَصْعَبِ الْأُمُورِ
جَاءَ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يَدْخُلُ عَلَيْكُمْ مِنْ هَذَا الْبَابِ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
قَالَ فَأَشْخَصَ الصَّحَابَةُ رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ بِأَبْصَارِهِمْ نَحْوَ بَابِ مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَإِذَا بِرَجُلٍ مِنْ أَغْمَارِ الْقَوْمِ يَدْخُلُ وَقَدْ جَعَلَ نَعْلَهُ تَحْتَ إِبْطِهِ
ثُمَّ أَتَى إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي مَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ
فَصَلَّى عِنْدَهَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَتَى حَلْقَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَلَسَ مُنْصِتًا
فَلَمَّا جَاءَ الْيَوْمُ الثَّانِي قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ مِثْلَ مَا قَالَ لَهُمْ فِي الْأَمْرِ الْأَوَّلِ
يَدْخُلُ عَلَيْكُمْ مِنْ هَذَا الْبَابِ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فَإِذَا بِالرَّجُلِ هُوَ هُوَ وَإِذَا بِالْحَالِ هِيَ هِيَ
قَدْ دَخَلَ وَقَدْ جَعَلَ نَعْلَهُ تَحْتَ إِبْطِهِ ثُمَّ أَتَى السَّارِيَةَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَتَى حَلْقَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالْيَوْمُ الثَّالِثُ يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ مَقَالَتِهِ الْأُولَى وَالثَّانِيَةِ فَيَشْخَصُ الصَّحَابَةُ بِأَبْصَارِهِمْ نَحْوَ الْبَابِ فَلَا يَدْخُلُهُ إلَّا صَاحِبُهُمْ الْأَوَّلُ
فَيَأْتِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا لِهَذَا الرَّجُلِ وَيَقُولُ لَهُ يَا عَمُّ إِنِّي قَدْ خَاصَمْتُ وَالِدِي وَإِنِّي أَوَدُّ أَنْ أَبِيتَ عِنْدَكَ فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ
فَيَبِيتُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا عِنْدَ ذَلِكَ الرَّجُلِ الَّذِي وَعَدَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ بِدُخُولِهِ الْجَنَّةَ
فَيَنْظُرُ فِي صَلَاتِهِ وَفِي قِيَامِهِ وَفِي عِبَادَتِهِ وَسَائِرِ أَمْرِهِ فَيَرَى أَنَّ أَمْرَهُ مِنْ أَقَلِّ الْأَمْرِ لَمْ يَقُم اللَّيْلَ كَمَا يَقُوْمُهُ غَيْرُهُ طُولًا وَلَمْ يَصُمِ النَّهَارِ كَمَا يَصُومُهُ غَيْرُهُ أَيَّامًا مُتَعَدِّدَةً
يَقُولُ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا بَعْدَ ذَلِكَ
يَا عَمُّ وَاللَّهِ مَا كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ أَبِي شَيْءٌ مِنْ خُصُومَةٍ وَلَكِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مُتَوَالِيَاتٍ
يَدْخُلُ عَلَيْكُمْ مِنْ هَذَا الْبَابِ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلَا يَدْخُلُ هَذَا الْبَابَ وَلَا يَلِجُ مِنْهُ إِلَّا أَنْتَ
فَقَالَ هَذَا الرَّجُلُ الصَّحَابِيُّ الْعَظِيمُ الَّذِي شَهِدَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجَنَّةِ ثَلَاثَةَ مَرَّاتٍ
إِنَّهُ مَا رَأَيْتَ لَيْسَ مِنْ كَثِيرِ صَدَقَةٍ وَلَا صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ وَلَا غَيْرِ ذَلِكَ وَإِنَّمَا إذَا أَرَدْتُ أَنْ أَبِيْتَ لَيْلِيْ لَمْ أَجْعَلْ فِي قَلْبِي غِلًّا عَلَى أَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَهُوَ مَنْ هُوَ مِمَّنْ رُبِّيَ فِي عَهْدِ النُّبُوَّةِ صَلَّى اللَّهُ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ ذَلِكَ مَا لَا نَسْتَطِيعُهُ
إِنَّ الْمَرْءَ إِذَا أَخْلَى قَلْبَهُ مِنْ غَلِّهِ وَحَسَدِهِ وَبَغْضَائِهِ لِإِخْوَانِهِ الْمُسْلِمِينَ يَكُونُ قَلْبُهُ صَافِيًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَإِذَا فَعَلَ طَاعَةً وَأَدَّى عِبَادَةً وَجَدَ مِنَ الْأُنْسِ فِيهَا مَا لَا يَجِدُهُ غَيْرُهُ